Awalnya aku tidak
mengetahui seluk beluk mengenai kota santri ini. Hanya saja yang ku tahu bahwa
Gresik mempunyai banyak industri. Salah satunya Semen Gresik yang mana dibawahi
oleh Semen Indonesia Foundation. Dari Industri tersebut aku mulai tertarik
dengan Gresik, tak hanya itu. Gresik terkenal dengan Spirit Sunan.  Terdapat dua
makam Sunan dari Wali Songo yaitu Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri.
Yaa itu jawaban awal ku mengenai Gresik. Setelah menjalani satu bulan lebih
hidup di kota ini dengan menimba ilmu juga di universitas kebanggaanku yakni
Universitas Internasional Semen Indonesia. Aku perlahan mulai mengetahui adat
istiadat disini. 
Pertama, dalam hal
makanan. Gresik memiliki banyak cita rasa makanan yang mana salah satunya adalah
Nasi Krawu. Aku mengetahui itu dimulai dari Mama ku menceritakan bahwa Gresik
terkenal dengan Nasi Krawu. Penasaran ingin mencoba perbedaan rasa Nasi Krawu
asli Gresik ternyata hal itu tak lama ku dapat. Dalam acara kampusku yaitu
CHAMPS, kami di beri penugasan untuk mengkoordinir membeli makanan khas
tersebut pada tiap kelompok kami. Ketua kelompokku pun memilih anggota kami
untuk menyelesaikan penugasan tersebut. Hari H aku tidak sabar ingin mengetahui
gimana sih Nasi Krawu, ternyata ketika membuka bungkusan nasi krawu. Didalamnya
terdapat ayam suwir yang dibumbui khas beserta parutan kelapa kering dan
sambel. Hmmm rasanya maknyus!.
Ada makanan khas lain
yang aku temui di saat jalan-jalan di Pasar Gresik, banyak oleh-oleh khas yang
disediakan di kios pinggir pasar. Ada ikan bandeng. Oh ya, mengenai bandeng, di
suatu waktu Gresik mempunyai acara khas  yang
dinamakan pasar bandeng yang dilaksanakan pada hari raya Idul fitri yang ke
tujuh. Di sudut lain aku melihat kios yang menjual makanan yang bernama pudak.
Makanan ini terbuat dari bahan tepung beras, gula pasir/ gula jawa dan santan
kelapa yang dimasukan kemasan yang disebut “Ope” yaitu pelepah daun pinang.
Makanan ini langkah jika kita ingin mencari di luar kota Gresik.
Pada acara kampus
kami yang dinamakan CHAMPS, pertemuan kemarin minggu bertema Kebudayaan Gresik.
Mulai dari situ aku mengenal  namanya
lampion khas Gresik yaitu Damar Kurung. Banyak pelajaran dapat kita ambil dari
filosofi damar kurung. Asal mulanya damar kurung yaitu pada zaman dahulu ketika
menyambut Bulan Ramadhan tiba tiap depan rumah warga diberi damar kurung yang
mana didalamnya terdapat lampunya untuk dinyalakan saat kita telah sahur. Jika
kita telah menyalakan damar kurung maka warga tersebut telah bangun untuk
melaksanakan sahur. Itulah fungsinya damar kurung. Saat di kampus kami diberi
tata cara membuat damar kurung. Asyik mengetahui kebudayaan suatu kota.
Ternyata damar kurung itu lampion yang terbuat dari kayu dengan ditutupi kertas
yang bergambar. Pada gambaran kertas tersebut menceritakan sebuah kebiasaan
yang dilakukan masyarakat gresik saat perayaan hari besar Islam. Terlihat bahwa
cara menggambarnya tidak sembarangan. Ada aturannya juga lho, yang pertama
gambar harus digambar dari hadapan samping dan berwarna dengan warna yang
kontras. Selain itu jika kita menggambarkan percakapan dua orang atau lebih,
kita hanya memberi tanda titik tiga diantara keduanya. Dan juga kita tidak
diperbolehkan menulis kata-kata pada gambar tersebut. 
Inilah sekilas budaya
Gresik yang aku ketahui. Kita tidak melulu memperhatikan budaya asing.
Sekali-kali alihkan perhatian pada budaya daerahmu, semisal bisa kita juga
seharusnya mengeksplorasi budaya Indonesia. Generasi muda seperti kita wajib
menjaga budaya yang ada dan melestarikannya hingga anak cucu kita nanti. Tanpa
kebudayaan, tidak ada aturan dan norma terbentuk. Oleh karena itu, marilah raih
kemajuan bangsa Indonesia kita dengan budaya khasnya. 












 
0 comments:
Post a Comment